Bapak Wakil Rektor 1, Budi Hermawan, S.E., MTCSOL. Sempat mengungkapkan bahwa lingkaran pertemanan bisa mempengaruhi sikap, sifat, kebiasaan dan kecerdasan hingga masa depan seseorang. Hal yang utama adalah apabila dalam lingkup lingkaran pertemanan seseorang dapat secara dewasa menyaring apa yang diikuti dan apa yang tidak perlu diikuti. Karena pengaruh pertemanan cukup besar bagi seseorang, Sehingga kita harus bijak menentukan siapa teman, siapa kawan dan siapa sahabat kita. Sependapat dengan ucapan Pak Budi, Dosen prodi Elektro, Bapak Yoga Alif Kurnia juga berpendapat bahwa, “Kepintaran atau kecerdasan itu bukan diperoleh tapi dibentuk.. dengan berdasarkan dari orang-orang terdekat. Jadi kalo menurut saya, pribadi seseorang itu bergantung pada temannya.. atau orang yang terdekat dengannya.. karena kepintaran atau kecerdasan itu bukan dimiliki tapi dibentuk, maka keputusan sesorang untuk memilih apakah mau membentuk kecerdasannya apa tidak itu bergantung pada dirinya.. ketika diri sesorang berkaca pada temannya dan bilang, ah ngapain belajar susah-susah, temen saya aja banyak yang nggak lulus kalkulus, wajar kalkulus kan sulit.. ya dia pasti gak mau belajar.. karena berkaca pada temannya.. padahal orang bisa atau tidak itu diperoleh dari pengalaman.. Tuhan itu Maha adil.. semua punya aset yg sama.. mata 2 otak 1 telinga 2.. tinggal kita aja yang ingin menjadi pintar atau tidak”.
Pendapat kedua dosen tersebut senada dengan bukti riset penelitian ilmiah lho, Beberapa studi menunjukkan bahwa pemikiran dan pendapat seseorang terbentuk oleh lingkungan dan teman-teman di sekitarnya. Artinya, ia bisa menjadi lebih pintar atau semakin bodoh juga tergantung pada siapa orang-orang di sekelilingnya. Menurut penelitian, bila pemikiran, gagasan, atau pendapat orang-orang lain sesuai dengan pendapat kita, maka otak akan bereaksi dengan memberikan perasaan senang. Namun, bila pendapat kita berbeda dengan yang lain, maka otak juga akan mengirimkan sinyal tidak suka. Pada kasus ini, kita bisa tetap mempertahankan pandangan kita, atau mencari alternatif pemikiran yang sesuai dengan pendapat orang lain.
Nah menurut riset, kebanyakan orang biasanya melakukan yang kedua, alias berusaha menyamakan persepsi dengan yang lain. Teman mempengaruhi kecerdasan kita. Dalam studi yang dilakukan tahun 1956 oleh psikolog dari kolese Swarthmore, ditemukan bahwa deskripsi seseorang mengenai suatu benda ternyata tergantung pada opini orang lain yang berada di sekitarnya. Studi lain juga menghasilkan temuan serupa, suka atau tidak, otak kita secara otomatis berusaha menyamakan pendapat dengan informasi yang didapatkan dari lingkungan sekitar kita. Namun ada sisi baik dari hal tersebut. Inilah alasan meyakinkan bahwa kita sebaiknya bergaul dengan orang-orang yang cerdas, menyenangkan, dan sukses. Mereka pasti akan memberi pengaruh pada tingkat kecerdasan kita.
Pembicara dan motivator Jim Rohn pernah berkata, “Anda adalah rangkuman dari lima orang yang paling dekat dengan Anda.” Oleh karenanya, baik bila kita bertanya pada diri kita: Siapakah orang-orang terdekat kita, yang menghabiskan waktu bersama kita? Apakah mereka memberi pengaruh baik atau sebaliknya? Apakah mereka lebih banyak mendorong dan menyemangati atau hanya mengkritik dan bersikap sinis? Apakah mereka membuat kita lebih cerdas, atau menenggelamkan intelektualitas kita? Pilihan selanjutnya tentu pada dirimu sendiri Sobat Milenial. Ngomong-ngomong soal pilihan, Kampus Universitas Widya Kartika masih membuka program Konsultasi Pendidikan untuk membantu Sobat Milenial yang tertarik menyelesaikan pendidikan jenjang S1. Dalam program ini kamu akan dibimbing dan diberi ‘pencerahan’ dari dosen-dosen UWIKA yang kompeten di bidangnya untuk menuntunmu dalam memilih jurusan apa yang sebenarnya sesuai dengan dirimu. Stststst.. supaya nggak salah karna cuma ikut-ikutan temen juga. Untuk info lebih lanjut bisa kamu temukan di web ini. Salam Humanis, Inovatif dan Kreatif!